Cerita Dewasa

SEDARAH BIBI KANDUNG KU PEMUAS SAHWAT KU dan TERNYATA MEKI TETANGGA KU LEBIH NIKMAT

0
Please log in or register to do it.

Cerita Mesum Indonesia – cerita seks ini merupakan cerita bokep seks yang mana adalah cerita mesum ku waktu itu. Waktu SMA ku dulu aku memilih wanita yang ingin aku pacarai, hal tersebut mengawaliku untuk berbagai cerita disini dan ini kisah seks sedarahku bermula, saat SMA aku jarang mendekati malah sebaliknya cewek yang mendekatiku padahal aku tidak ganteng ganteng juga tapi jika soal bidang olahraga aku terlihat atletis dan kekar seperti olahraga basket, lari dll  Dan banyak surat cinta cewek yang tidak kubalas. Sebab aku tidak suka mereka. Untuk masalah pelajaran aku terbilang normal, tidak terlalu pintar, tapi teman-teman memanggilku kutu buku, padahal masih banyak yang lebih pintar dari aku, mungkin karena aku mahir dalam bidang olahraga dan dalam pelajaran aku tidak terlalu bodoh saja akhirnya aku dikatakan demikian. Ketika kelulusan, aku pun masuk kuliah di salah satu perguruan tinggi di Malang. Di sini aku numpang di rumah bibiku.

Namanya Nova. Aku biasanya memanggilnya mbak Nova, kebiasaan
dari kecil mungkin.  Ia tinggal sendirian
bersama kedua anaknya, semenjak suaminya meninggal ketika aku masih SMP ia
mendirikan usaha sendiri di kota ini. Yaitu berupa rumah makan yang lumayan
laris, dengan bekal itu ia bisa menghidupi kedua anaknya yang masih duduk di
SD. Ketika datang pertama kali di Malang, aku sudah dijemput pakai mobilnya.
Lumayanlah, perjalanan dengan menggunakan kereta cukup melelahkan. Pertamanya
aku tak tahu kalau itu adalah mbak Nova. Sebab ia kelihatan muda. Aku baru
sadar ketika aku menelpon hp-nya dan dia mengangkatnya. Lalu kami bertegur
sapa. Hari itu juga jantungku berdebar. Usianya masih 32 tapi dia sangat
cantik. Rambutnya masih panjang terurai, wajahnya sangat halus, ia masih
seperti gadis.  Dan di dalam mobil itu
aku benar-benar berdebar-debar. “Capek Dek Iwan?”, tanyanya. “Iyalah mbak, di
kereta duduk terus dari pagi”, jawabku. “Tapi mbak Nova masih cantik ya?” Ia
ketawa, “Ada-ada saja kamu”. Selama tinggal di rumahnya mbak Nova. Aku sedikit
demi sedikit mencoba akrab dan mengenalnya. Banyak sekali hal-hal yang bisa aku
ketahui dari mbak Nova. Dari kesukaannya, dari pengalaman hidupnya. Aku pun
jadi dekat dengan anak-anaknya. Aku sering mengajari mereka pelajaran sekolah.

Tak terasa sudah satu semester lebih aku tinggal di rumah ini.
Dan mbak Nova sepertinya adalah satu-satunya wanita yang menggerakkan hatiku.
Aku benar-benar jatuh cinta padanya. Tapi aku tak yakin apakah ia cinta juga
kepadaku.  Apalagi ia adalah bibiku
sendiri. Malam itu sepi dan hujan di luar sana. Mbak Nova sedang nonton
televisi. Aku lihat kedua anaknya sudah tidur. Aku keluar dari kamar dan ke
ruang depan. Tampak mbak Nova asyik menonton tv. Saat itu sedang ada
sinetron.  “Nggak tidur Wan?”, tanyanya.
“Masih belum ngantuk mbak”, jawabku. Aku duduk di sebelahnya. Entah kenapa
lagi-lagi dadaku berdebar kencang. Aku bersandar di sofa, aku tidak melihat tv
tapi melihat mbak Nova. Ia tak menyadarinya. Lama kami terdiam. “Kamu banyak
diam ya”, katanya. “Eh..oh, iya”, kataku kaget. “Mau ngobrolin sesuatu?”,
tanyanya. “Ah, enggak, pingin nemeni mbak Nova aja”, jawabku. “Ah kamu, ada-ada
aja” “Serius mbak” “Makasih” “Restorannya gimana mbak? Sukses?” “Lumayanlah,
sekarang bisa waralaba. Banyak karyawannya, urusan kerjaan semuanya tak serahin
ke general managernya. Mbak sewaktu-waktu saja ke sana”, katanya. “Gimana
kuliahmu?  “Ya, begitulah mbak, lancar
saja”, jawabku. Aku memberanikan diri memegang pundaknya untuk memijat. “Saya
pijetin ya mbak, sepertinya mbak capek”. “Makasih, nggak usah ah” “Nggak papa
koq mbak, cuma dipijit aja, emangnya mau yang lain?” Ia tersenyum, “Ya udah,
pijitin saja” Aku memijiti pundaknya, punggungnya, dengan pijatan yang halus,
sesekali aku meraba ke bahunya.

Ia memakai tshirt ketat. Sehingga aku bisa melihat lekukan
tubuh dan juga tali bh-nya. Dadanya mbak Nova besar juga. Tercium bau harum
parfumnya. “Kamu sudah punya pacar Wan?”, tanya mbak Nova. “Nggak punya mbak”
“Koq bisa nggak punya, emang nggak ada yang tertarik ama kamu?” “Saya aja yang
nggak tertarik ama mereka” “Lha koq aneh? Denger dari mama kamu katanya kamu
itu sering dikirimi surat cinta” “Iya, waktu SMA. Kalau sekarang aku menemukan
cinta tapi sulit mengatakannya” “Masa’?” “Iya mbak, orangnya cantik, tapi sudah
janda”, aku mencoba memancing. “Siapa?” “Mbak Nova”. Ia ketawa, “Ada-ada saja
kamu ini”. “Aku serius mbak, nggak bohong, pernah mbak tahu aku bohong?”, Ia
diam. “Semenjak aku bertemu mbak Nova, jantungku berdetak kencang. Aku tak tahu
apa itu. Sebab aku tidak pernah jatuh cinta sebelumnya. Semenjak itu pula aku
menyimpan perasaanku, dan merasa nyaman ketika berada di samping mbak Nova  Aku tak tahu apakah itu cinta tapi, kian hari
dadaku makin sesak. Sesak hingga aku tak bisa berpikir lagi mbak, rasanya sakit
sekali ketika aku harus membohongi diri kalau aku cinta ama mbak”, kataku.
“Wan, aku ini bibimu”, katanya. “Aku tahu, tapi perasaanku tak pernah berbohong
mbak, aku mau jujur kalau aku cinta ama mbak”, kataku sambil memeluknya dari
belakang.  Lama kami terdiam. Mungkin
hubungan yang kami rasa sekarang mulai canggung. Mbak Nova mencoba melepaskan
pelukanku.

“Maaf wan, mbak perlu berpikir”, kata mbak Nova beranjak. Aku pun ditinggal sendirian di ruangan itu, tv masih menyala. Cukup lama aku ada di ruangan tengah, hingga tengah malam kira-kira. Aku pun mematikan tv dan menuju kamarku. Sayup-sayup aku terdengar suara isak tangis di kamar mbak Nova. Aku pun mencoba menguping.  “Apa yang harus aku lakukan?….Apa…” Aku menunduk, mungkin mbak Nova kaget setelah pengakuanku tadi. Aku pun masuk kamarku dan tertidur. Malam itu aku bermimpi basah dengan mbak Nova. Aku bermimpi bercinta dengannya, dan paginya aku dapati celana dalamku basah. Wah, mimpi yang indah.  Paginya, mbak Nova selesai menyiapkan sarapan. Anak-anaknya sarapan. Aku baru keluar dari kamar mandi. Melihat mereka dari kejauhan. Mbak Nova tampak mencoba untuk menghindari pandanganku. Kami benar-benar canggung pagi itu. Hari ini nggak ada kuliah. Aku bisa habiskan waktu seharian di rumah. Setelah ganti baju aku keluar kamar. Tampak mbak Nova melihat-lihat isi kulkas. “Waduh, wan, bisa minta tolong bantu mbak?”, tanyanya. “Apa mbak?” “Mbak mau belanja, bisa bantu mbak belanja? Sepertinya isi kulkas udah mau habis”,katanya. “OK”  “Untuk yang tadi malam, tolong jangan diungkit-ungkit lagi, aku maafin kamu tapi jangan dibicarakan di depan anak-anak”, katanya. Aku mengangguk. Kami naik mobil mengantarkan anak-anak mbak Nova sekolah. Lalu kami pergi belanja. Lumayan banyak belanjaan kami. Dan aku menggandeng tangan mbak Nova. Kami mirip sepasang suami istri, mbak Nova rasanya nggak menolak ketika tangannya aku gandeng.  Mungkin karena barang bawaannya banyak. Di mobil pun kami diam. Setelah belanja banyak itu kami tak mengucapkan sepatah kata pun.

Baca Juga Cerita Seks panas : IBU DOKTER YG MENJANDA

Namun setiap kali aku bilang ke mbak Nova bahwa perasaanku
serius. Hari-hari berlalu. Aku terus bilang ke mbak Nova bahwa aku cinta dia.
Dan hari ini adalah hari ulang tahunnya. Aku membelikan sebuah gaun. Aku memang
menyembunyikannya. Gaun ini sangat mahal, hampir dua bulan uang sakuku habis.
Terpaksa nanti aku minta ortu kalau lagi butuh buat kuliah.  Saat itu anak-anak mbak Nova sedang sekolah.
Mbak Nova merenung di sofa. Aku lalu datang kepadanya. Dan memberikan sebuah
kotak hadiah.  “Apa ini?”, tanyanya. “Kado,
mbak Novakan ulang tahun hari ini”, Ia tertawa. Tampak senyumnya indah hari
itu. Matanya berkaca-kaca ia mencoba menahan air matanya. Ia buka kadonya dan
mengambil isinya. Aku memberinya sebuah gaun berwarna hitam yang mewan. “Indah
sekali, berapa harganya?”, tanyanya. “Ah nggak usah dipikirkan mbak”, kataku
sambil tersenyum. “Ini kulakukan sebagai pembuktian cintaku pada mbak”  “Sebentar ya”, katanya. Ia buru-buru masuk
kamar sambil membawa gaunnya. Tak perlu lama, ia sudah keluar dengan memakai
baju itu. Ia benar-benar cantik. “Bagaimana wan?”, tanyanya. “Cantik mbak,
Superb!!”, kataku sambil mengacungkan jempol. Ia tiba-tiba berlari dan
memelukku. Erat sekali, sampai aku bisa merasakan dadanya. “Terima kasih” “Aku
cinta kamu mbak”, kataku.  Mbak Nova
menatapku. “Aku tahu” Aku memajukan bibirku, dan dalam sekejap bibirku sudah
bersentuhan dengan bibirnya. Inilah first kiss kita. Aku menciumi bibirnya,
melumatnya, dan menghisap ludahnya. Lidahku bermain di dalam mulutnya, kami
berpanggutan lama sekali. Mbak Nova mengangkat paha kirinya ke pinggangku, aku
menahannya dengan tangan kananku. Ia jatuh ke sofa, aku lalu mengikutinya.

“Aku juga cinta kamu wan, dan aku bingung”, katanya. “Aku juga bingung mbak”  Kami berciuman lagi. Mbak Nova berusaha melepas bajuku, dan tanpa sadar, aku sudah hanya bercelana dalam saja. Penisku yang menegang menyembul keluar dari CD. Aku membuka resleting bajunya, kuturunkan gaunnya, saat itulah aku mendapati dua buah bukit yang ranum. Dadanya benar-benar besar. Kuciumi putingnya, kulumat, kukunyah, kujilati. Aku lalu menurunkan terus hingga ke bawah. Ha? Nggak ada CD? Jadi tadi mbak Nova ke kamar ganti baju sambil melepas CD-nya. “Nggak perlu heran Wan, mbak juga ingin ini koq, mungkin inilah saat yang tepat”, katanya. Aku lalu benar-benar menciumi kewanitaannya. Kulumat, kujilat, kuhisap. Aku baru pertama kali melakukannya. Rasanya aneh, tapi aku suka. Aku cinta mbak Nova. Mbak Nova meremas rambutku, menjambakku. Ia menggelinjang.  Kuciumi pahanya, betisnya, lalu ke jempol kakinya. Kuemut jempol kakinya. Ia terangsang sekali. Jempol kaki adalah bagian paling sensitif bagi wanita. “Tidak wan, jangan….AAAHH”, mbak Nova memiawik. “Kenapa mbak?” kataku. Tangannya mencengkram lenganku. Vaginanya basah sekali. Ia memejamkan mata, tampak ia menikmatinya. “Aku keluar wan”  Ia bangkit lalu menurunkan CD-ku. Aku duduk di sofa sambil memperhatikan apa yang dilakukannya. “Gantian sekarang”, katanya sambil tersenyum. Ia memegang penisku, diremas-remas dan dipijat-pijatnya. Oh…aku baru saja merasakan penisku dipijat wanita. Tangan mbak Nova yang lembut, hangat lalu mengocok penisku. Penisku makin lama makin panjang dan besar. Mbak Nova menjulurkan lidahnya. 

SEDARAH BIBI KANDUNG KU PEMUAS SAHWAT KU dan TERNYATA MEKI TETANGGA KU LEBIH NIKMAT

Dia jilati bagian pangkalnya, ujungnya, lalu ia masukkan
ujung penisku ke dalam mulutnya. Ia hisap, ia basahi dengan ludahnya.
Ohh…sensasinya luar biasa. “Kalau mau keluar, keluar aja nggak apa-apa wan”,
kata mbak Nova. “Nggak mbak, aku ingin keluar di situ aja?”, kataku sambil
memegang liang kewanitaannya. Ia mengerti, lalu aku didorongnya. Aku berbaring,
dan ia ada di atasku. Pahanya membuka, dan ia arahkan penisku masuk ke liang
itu.  Agak seret, mungkin karena memang
ia tak pernah bercinta selain dengan suaminya. Masuk, sedikit demi sedikit dan
bless….Masuk semuanya. Ia bertumpu dengan sofa, lalu ia gerakkan atas bawah.
“Ohh….wan…enak wan…”, katanya. “Ohhh…mbak…Mbak Nova…ahhh…”, kataku.  Dadanya naik turun. Montok sekali, aku pun
meremas-remas dadanya. Lama sekali ruangan ini dipenuhi suara desahan kami dan
suara dua daging beradu. Plok…plok..plok..cplok..!! “Waan…mbak keluar
lagi…AAAHHHH” Mbak Nova ambruk di atasku. Dadanya menyentuh dadanku, aku
memeluknya erat. Vaginanya benar-benar menjepitku kencang sekali. Perlu sedikit
waktu untuk ia bisa bangkit. Lalu ia berbaring di sofa  “Masukin wan, puaskan dirimu, semprotkan cairanmu
ke dalam rahimku. Mbak rela punya anak darimu wan”, katanya. Aku tak
menyia-nyiakannya. Aku pun memasukkannya. Kudorong maju mundur, posisi normal
ini membuatku makin keenakan. Aku menindih mbak Nova, kupeluk ia, dan aku terus
menggoyang pinggulku. Rasanya udah sampai di ujung. Aku mau meledak.
AAHHHH….  “Oh wan…wan…mbak keluar lagi”,
mbak Nova mencengkram punggungku. Dan aku menembakkan spermaku ke rahimnya,
banyak sekali, sperma perjaka. Vaginanya mbak Nova mencengkramku erat sekali,
aku keenakkan. Kami kelelahan dan tertidur di atas sofa, Aku memeluk mbak Nova.

Siang hari aku terbangun oleh suara HP. Mbak Nova masih di pelukanku. Mbak Nova dan aku terbangun. Kami tertawa melihat kejadian lucu ini. Waktu jamnya menjemput anak-anak mbak Nova sepertinya. Mbak Nova menyentuh penisku. “Ini luar biasa, mbak Nova sampe keluar berkali-kali, Wan, kamu mau jadi suami mbak?”  “eh?”, aku kaget. “Sebenarnya, aku dan ibumu itu bukan saudara kandung. Tapi saudara tiri. Panjang ceritanya. Kalau kamu mau, aku rela jadi istrimu, asal kau juga mencintai anak-anakku, dan menjadikan mereka juga sebagai anakmu”, katanya.  Aku lalu memeluknya, “aku bersedia mbak”. Setelah itu entah berapa kali aku mengulanginya dengan mbak Nova, aku mulai mencoba berbagai gaya. Mbak Nova sedikit rakus setelah ia menemukan partner sex baru. Ia suka sekali mengoral punyaku, mungkin karena punyaku terlalu tangguh untuk liang kewanitaannya. hehehe…tapi itulah cintaku, aku cinta dia dan dia cinta kepadaku. Kami akhirnya hidup bahagia, dan aku punya dua anak darinya. Sampai kini pun ia masih seperti dulu, tidak berubah, tetap cantik.

SEDARAH BIBI KANDUNG KU PEMUAS SAHWAT KU dan TERNYATA MEKI TETANGGA KU LEBIH NIKMAT

TERNYATA MEKI TETANGGA KU LEBIH NIKMAT  

Namaku Aldi, usia 30 tahun, dan saat ini tinggal di sebuah perumahan sederhana (bukan real estate) di kawasan Bekasi Barat. Rumah di kompleks perumahanku tentu saja tipe-tipe kecil yang sebagian besar bertipe 36 dan 45.  Namun dengan penghasilanku yang lumayan aku bisa membuat rumahku yang mungil menjadi terlihat indah dan asri. Boleh dibilang rumahku merupakan rumah terindah di kompleks itu.  Aku menempati rumah ini sejak lima tahun yang lalu, dulunya sendiri saja, namun sejak satu tahun lalu aku menikah dan kini tinggal berdua dengan Lia, isteriku. Lia adalah seorang wanita yang cantik dan penuh perhatian, sekilas tidak ada yang kurang darinya.  Apalagi dia juga bekerja sebagai Manajer Marketing di sebuah perusahaan farmasi, jadi keluarga kami secara keuangan tidak punya masalah. Kehidupan perkawinanku yang selama ini kuanggap bahagia itu ternyata semu belaka. Sialnya, hal itu disebabkan seperti kata pepatah di atas:”Rumput tetangga selalu lebih hijau”.  Aku mempunyai tetangga baru, sepasang suami isteri dengan satu anak yang masih bayi. Suaminya seorang pelaut (anak buah kapal) dan isterinya ibu rumah tangga. Pada awalnya aku tidak terlalu peduli dengan kehadiran tetangga baru itu, walaupun ketika mereka datang memperkenalkan diri ke rumah aku sedikit terpukau dengan sang isteri yang punya body seksi dan montok. 

Baca Juga Cerita Mesum Dewasa : NGENTOT PACAR KETAUAN CALON IBU MERTUA dan DIPERKOSA SUPIR KU TAPI BIKIN KETAGIHAN SEX

Pada saat itu aku merasa keterpukauanku hanyalah hal biasa
saja.  Namun waktu berkata lain. Ternyata
setelah berinteraksi dengan Vera, begitu nama tetangga hot ku yang montok itu,
aku mulai merasa ada daya tarik yang muncul dari wanita itu. Ada beberapa
kelebihan yang dimiliki Vera namun tidak dimiliki Lia, isteriku.  Pertama tentu saja body-nya yang montok, dengan
dada yang menjulang dan pantat yang besar namun padat. Walaupun Lia juga seksi,
namun ukuran buah dadanya cuma 34 B. Kalau Vera kutaksir mungkin antara 36 B
atau 36 C.  Apalagi pantatnya yang
bahenol itu tak kalah merangsang dibanding pantat”Inul”, membuat pria penasaran
untuk meremasnya.  Kedua, wajah Vera yang
sensual. Kalau urusan cantik, pasti aku pilih Lia, namun ketika aku melihat
wajah Vera, maka aku membayangkan bintang film BF. Mungkin pengaruh dari bibirnya
yang agak tebal dan matanya yang nakal. Setiap kulihat bibir itu berbicara,
ingin rasanya aku merasakan ciuman dan kulumannya yang membara.  Ketiga adalah selera berbusananya, terutama
selera pakaian dalamnya. Pertama kali aku melihat jemuran pakaian di belakang
rumah mereka, aku langsung tertarik pada pakaian dalam Vera tetangga hot ku
yang dijemur.  Model dan warnanya
beraneka macam, mulai dari celana dalam warna hitam, biru, merah, hijau sampai
yang transparan. Modelnya mulai dari yang biasa-biasa saja sampai model
G-string. Motifnya dari yang polos sampai yang bermotif bunga, polkadot, gambar
lucu sampai ada yang bergambar bibir. 
Wah.. Lia tidak suka seperti itu, menurutnya kampungan dan seperti
pelacur jalanan. Padahal sebagai lelaki kadang kita ingin sekali bermain seks
dengan perempuan jalanan. 

Tiga hal itulah yang membuat aku selalu menyempatkan untuk
curi-curi pandang pada Vera dan tak lupa melihat jemuran pakaiannya untuk
melihat koleksi pakaian dalamnya yang”jalang” itu.  Suatu hari, sepulang dari kantor, aku mampir
ke Supermarket dekat kompleks sekedar membeli makanan instan karena isteriku
akan pergi selama dua hari ke Bandung. Tak disangka di supermarket itu aku
bertemu Vera tetangga hot ku dengan menggendong bayinya.  Entah kenapa jantungku jadi berdegup keras,
apalagi ketika kulihat pakaian Vera yang body-fit, baik kaos maupun roknya.
Seluruh lekuk kemontokan tubuhnya seakan memanggil birahiku untuk naik.  “Hai.. Mbak, belanja juga?” sapaku. “Eh.. Mas
Aldi, biasa belanja susu”, jawabnya dengan senyum menghiasi wajah sensualnya.
“Memang sudah enggak ASI ya?” tanyaku. “Wah.. Susunya cuma keluar empat bulan
saja, sekarang sudah tidak lagi”. “Hmm.. Mungkin habis sama Bapaknya kali ya..
Ha-ha-ha..” candaku. Vera juga tertawa kecil, “Tapi enggak juga, sudah dua
bulan bapaknya enggak pulang”. “Berat enggak sih Mbak, punya suami pelaut,
sebab saya yang ditinggal isteri cuma dua hari saja rasanya sudah jenuh”.
“Wah.. Mas baru dua hari ditinggal sudah begitu, apalagi saya. Bayangkan saya
cuma ketemu suami dua minggu dalam waktu tiga bulan”.  Aku merasa gembira dengan topik pembicaraan
ini, namun sayang pembicaraan terhenti karena bayi Vera menangis. Ia kemudian
sibuk menenangkan bayinya.  “Apalagi
setelah punya bayi, tambah repot Mas”, katanya. “Kalau begitu biar saya bantu
bawa belanjaannya”, aku mengambil keranjang belanja Vera. “Terima kasih, sudah
selesai kok, saya mau bayar terus pulang”. “Ohh.. Ayo kita sama-sama”,
kataku.  Aku segera mengambil inisiatif
berjalan lebih dulu ke kasir dan dengan sangat antusias membayar semua
belanjaan Vera.  “Ha.. Sudah bayar?
Berapa? Nanti saya ganti”, kata Vera kaget. “Ah.. Sedikit kok, enggak apa
sekali-kali saya bayarin susu bayinya, siapa tahu dapat susu ibunya,
ha-ha-ha..”, aku mulai bercanda yang sedikit menjurus. “Ihh.. Mas Aldi!” jerit
Vera malu-malu. Namun aku melihat tatapan mata liarnya yang seakan menyambut
canda nakalku. 

Kami berjalan menuju mobilku, setelah menaruh belanjaan ke
dalam bagasi aku mengajaknya makan dulu. Dengan malu-malu Vera mengiyakan
ajakanku.  Kami kemudian makan di sebuah
restauran makanan laut di dekat kompleks. Aku sangat gembira karena semakin
lama kami semakin akrab dan Vera juga mulai berbaik hati memberikan kesempatan
padaku untuk “ngelaba”.  Mulai dari
posisi duduknya yang sedikit mengangkang sehingga aku dengan mudah melihat
kemulusan paha montoknya dan tatkala usahaku untuk melihat lebih jauh ke dalam
ia seakan memberiku kesempatan.  Ketika
aku menunduk untuk mengambil garpu yang dengan sengaja aku jatuhkan, Vera
semakin membuka lebar kedua pahanya. 
Jantungku berdegup sangat kencang melihat pemandangan indah di dalam rok
Vera tetangga hot ku. Di antara dua paha montok yang putih dan mulus itu aku
melihat celana dalam Vera yang berwarna orange dan.. Brengsek, transparan!  Dengan cahaya di bawah meja tentu saja aku
tak dapat dengan jelas melihat isi celana dalam orange itu, tapi itu cukup
membuatku gemetar dibakar birahi. Saking gemetarnya aku sampai terbentur meja
ketika hendak bangkit.  “Hi-hi-hi..
Hati-hati Mas..”, celoteh Vera tetangga hot ku dengan nada menggoda.  Aku memandang wajah Vera yang tersenyum nakal
padaku, kuberanikan diri memegang tangannya dan ternyata Vera
menyambutnya.  “Hmm.. Maaf, saya cuma mau
bilang kalau Mbak Vera.. Seksi sekali”, dengan malu-malu akhirnya perkataan itu
keluar juga dari mulutku. “Terima kasih, Mas Aldi juga.. Hmm.. Gagah, lucu dan
terutama, Mas Aldi pria yang paling baik yang pernah saya kenal”. “O ya?”, aku
tersanjung juga dengan rayuannya,

“Gara-gara saya traktir Mbak?”  “Bukan cuma itu, saya sering memperhatikan
Mas di rumah, dan dari cerita Mbak Lia, Mas Aldi sangat perhatian dan rajin
membantu pekerjaan di rumah, wah.. Jarang lho Mas, ada pria dengan status
sosial seperti Mas yang sudah mapan dan berpendidikan namun masih mau mengepel
rumah”.  “Ha-ha-ha..” aku tertawa gembira,
“Rupanya bukan cuma saya yang memperhatikan kamu, tapi juga sebaliknya”. “Jadi
Mas Aldi juga sering memperhatikan saya?” “Betul, saya paling senang melihat
kamu membersihkan halaman rumah di pagi hari dan saat menjemur pakaian”. “Eh..
Kenapa kok senang?”. “Sebab saya mengagumi keindahan Mbak Vera, juga selera
pakaian dalam Mbak”, aku berterus terang. 
Pembicaraan ini semakin mempererat kami berdua, seakan tak ada jarak
lagi di antara kami. Akhirnya kami pulang sekitar jam 8 malam. Dalam perjalanan
pulang, bayi Mbak Vera tertidur sehingga ketika sampai di rumah aku membantunya
membawa barang belanjaan ke dalam rumahnya. 
Mbak Vera masuk ke kamar untuk membaringkan bayinya, sementara aku
menaruh barang belanjaan di dapur. Setelah itu aku duduk di ruang tamu menunggu
Vera muncul. Sekitar lima menit, Vera muncul dari dalam kamar, ia ternyata
sudah berganti pakaian. 

Kini wanita itu mengenakan gaun tidur yang sangat seksi, warnanya putih transparan. Seluruh lekuk tubuhnya yang montok hingga pakaian dalamnya terlihat jelas olehku.  Sinar lampu ruangan cukup menerangi pandanganku untuk menjelajahi keindahan tubuh Vera di balik gaun malamnya yang transparan itu. Buah dadanya terlihat bagaikan buah melon yang memenuhi bra seksi yang berwarna orange transparan.  Di balik bra itu kulihat samar-samar puting susunya yang juga besar dan coklat kemerahan. Perutnya memang agak sedikit berlemak dan turun, namun sama sekali tak mengurangi nilai keindahan tubuhnya. Apalagi jika memandang bagian bawahnya yang montok.  Tak seperti di bawah meja sewaktu di restoran tadi, kini aku dapat melihat dengan jelas celana dalam orange transparan milik Vera. Sungguh indah dan merangsang, terutama warna hitam di bagian tengahnya, membayangkannya saja aku sudah berkali-kali meneguk ludah.  “Hmm.. Tidak keberatan kan kalu saya memakai baju tidur?”, tanya Vera memancing.  Sudah sangat jelas kalau wanita ini ingin mengajakku selingkuh dan melewati malam bersamanya. Kini keputusan seluruhnya berada di tanganku, apakah aku akan berani mengkhianati Lia dan menikmati malam bersama tetangga hot yang bahenol ini.  Vera duduk di sampingku, tercium semerbak aroma parfum dari tubuhnya membuat hatiku semakin bergetar. Keadaan kini ternyata jauh di luar dugaanku. Kemarin-kemarin aku masih merasa bermimpi jika bisa membelai dan meremas-remas tubuh Vera, namun kini wanita itu justru yang menantangku.  “Mas Aldi mau mandi dulu? Nanti saya siapkan air hangat”, tanya Vera sambil menggenggam tanganku erat.  Dari sorotan matanya sangat terlihat bahwa wanita ini benar-benar membutuhkan seorang laki-laki untuk memuaskan kebutuhan biologisnya.  “Hmm.. Sebelum terlalu jauh, kita harus membuat komitmen dulu Mbak”, kataku agak serius.

Baca Juga Cerita Mesum Indonesia : AKU SELINGKUHI ISTRI TEMAN KU SAAT AKU BERTAMU KE RUMAH NYA dan MESUM JADI SIMPANAN JANDA KAYA

“Apa itu Mas?” “Pertama, terus terang aku mengagumi Mbak
Vera, baik fisik maupun pribadi, jadi sebagai laki-laki aku sangat tertarik
pada Mbak”, kataku. “Terima kasih, saya juga begitu pada Mas Aldi”, Vera
merebahkan kepalanya di pundakku. “Kedua, kita sama-sama sudah menikah, jadi
kita harus punya tanggung jawab untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga
kita, apa yang mungkin kita lakukan bersama-sama janganlah menjadi pemecah
rumah tangga kita”.  “Setuju, saya sangat
setuju Mas, saya hanya ingin punya teman saat saya kesepian, kalau Mas Aldi mau
kapanpun Mas bisa datang ke sini, selagi tidak ada suami saya. Tapi saya
sekalipun tidak akan meminta apapun dari Mas Aldi, dan sebaliknya saya juga
ingin Mas Aldi demikian pula, sehingga hubungan kita akan aman dan saling
menguntungkan”.  “Hmm.. Kalau begitu tak
ada masalah, saya mau telpon ke rumah, supaya pembantu saya tidak kebingungan”.
“Kalau begitu, Mas Aldi pulang saja dulu, taruh mobil di garasi, kan lucu kalau
Mas Aldi bilang ada acara sehingga tidak bisa pulang, sementara mobilnya ada di
depan rumah saya”. “Oh.. Iya, hampir saya lupa”.  Aku segera keluar dan pulang dulu ke rumah,
menaruh mobil di garasi dan mandi. Setelah itu aku mau bilang pada pembantuku
kalau aku akan menginap di rumah temanku. Namun tidak jadi karena pembantuku
ternyata sudah tidur.  Aku segera datang
kembali ke rumah Vera. Wanita itu sudah menungguku di ruang tamu dengan
secangkir teh hangat di atas meja. Pahanya yang montok terpampang indah di atas
sofa. 

“Wah.. Ternyata mandi di rumah ya? Padahal saya sudah
siapkan air hangat”. “Terima kasih, Mbak Vera baik sekali”.  Wanita itu berjalan menutup pintu rumah, dari
belakang aku memandang kemontokan pantatnya yang besar dan padat. Kebesaran
pantat itu tak mampu dibendung oleh celana dalam orange itu, sehingga
memperlihatkan belahannya yang merangsang. 
Seperti tak sadar aku menghampiri Vera, lalu dengan nakal kedua tanganku
mencengkeram pantatnya, dan meremasnya. 
“Uhh..”, Vera agak kaget dan menggelinjang. “Maaf”, kataku. “Tidak
apa-apa Mas, justru.. Enak”, kata Vera seraya tersenyum nakal memandangku.
Senyum itu membuat bibir sensualnya seakan mengundangku untuk melumatnya.
“Crup..!”, aku segera menciumnya, Vera membalasnya dengan liar.  Aku tak tahu sudah berapa lama bibir itu tak
merasakan ciuman laki-laki, yang jelas ciuman Vera sangat panas dan liar.
Berkali-kali wanita itu nyaris menggigit bibirku, lidahnya yang basah
meliuk-liuk dalam rongga mulutku.  Aku
semakin bernafsu, tanganku menjalar di sekujur tubuhnya, berhenti di kemontokan
pantatnya dan kemudian meremas-remas penuh birahi.  “Ohh.. Ergh..”, lenguh Vera di sela-sela
ciuman panasnya.  Dengan beberapa
gerakan, Vera meloloskan gaun tidurnya hingga terjatuh di lantai. Kini wanita
itu hanya mengenakan Bra dan CD yang berwarna orange dan transparan itu. Aku
terpaku sejenak mengagumi keindahan pemandangan tubuh Vera.  “Wowww.. Kamu.. Benar-benar seksi Mbak”,
pujiku ,”Buah dada Mbak besar sekali” “Hi-hi-hi.. Punya Lia kecil ya? Paling 34
A, iya kan? Nah coba tebak ukuran saya?”, tanyanya seraya memegang kedua buah
melon di dadanya itu. “36 B”, jawabku. “Salah” “36 C”. “Masih salah, sudah
lihat aja nih”, Vera membuka pengait Bra-nya, sehingga kedua buah montok itu
serasa hampir mau jatuh. Ia membuka dan melempar bra orange itu kepadaku.
“Gila.. 36 D!”, kataku membaca ukuran yang tertera di bra itu.

“Boleh saya pegang Mbak?”, tanyaku basa-basi. “Jangan cuma
dipegang dong Mas, remas.. Dan kulum nih.. Putingnya”, kata Vera dengan gaya
nakal bagaikan pereks jalanan.  Wanita
itu menjatuhkan tubuh indahnya di atas sofa, aku memburunya dan segera
menikmati kemontokan buah melonnya. Kuremas-remas dua buah dada montok itu,
kemudian kuciumi dan terakhir kukulum puting susunya yang sebesar ibu jari
dengan sekali-kali memainkannya di antara gigi-gigiku.  Vera menggelinjang-gelinjang keenakan,
napasnya semakin terdengar resah, berkali-kali ia mengeluarkan kata-kata jorok
yang justru membuatku semakin bernafsu. 
“Bercinta, enak banget Mas..” jeritnya, “Ayo Mas.. Saya sudah kepingin
penetrasi nih!”.  Aku yang juga sudah
sangat bernafsu segera menjawab keinginan Vera. Dengan bantuan Vera aku
menelanjangi diriku sehingga tak tersisa satupun busana di tubuhku. Vera sangat
gembira melihat ukuran penisku yang lumayan panjang dan besar itu.  “Ohh.. Besar juga ya..” jeritnya.  Ia benar-benar bertingkah bagaikan perek
murahan, namun justru itu yang kusuka. Wanita itu segera membuka CD orange
sebagai kain terakhir di tubuhnya. Kulihat daerah bukit kemaluannya yang
ditumbuhi rambut-rambut liar, dengan segaris bibir membelah ditengah-tengahnya.
Bibir yang merah dan basah, sangat basah. 
Ingin rasanya aku menikmati keindahan bibir kenikmatan Vera, namun
ketika aku ingin melaksanakannya ia menampikku. 
“Sudah, nanti saja, masih ada babak selanjutnya, sekarang ayo kita
selesaikan babak pertama”.  Vera duduk
mengangkang di atas sofa. Kedua kakinya dibuka lebar-lebar mempersilakan
kepadaku untuk melakukan penetrasi kenikmatan sesungguhnya.

Aku pun segera menyiapkan senjataku, mengarahkan ujung
penisku tepat di depan liang vagina Vera dan perlahan tapi pasti menekannya
masuk.  Sedikit-demi sedikit penisku
tenggelam dalam kehangatan liang Vera yang basah dan nikmat. Ketika hampir
seluruh batang penisku yang berukuran 20 cm itu memasuki vagina, aku
mencabutnya kembali. Kemudian kembali memasukkannya perlahan.  “Enghh.. Gila kamu Mas, kalau begini sebentar
saja saya puas”, jerit Vera keenakan. “Tak apa Mbak, silahkan orgasme, kan
masih ada babak selanjutnya”, tantangku. Kini kutambah rangsangan dengan
meremas dan memilin puting susunya yang besar. “Ohh.. Ohh.. Benar-benar enak
Mas”, Vera memejamkan matanya. Pada penetrasi kelima, Vera menjerit, “Sudah
Mas, jangan tarik lagi, saya mau.. Mau.. Oh..!” 
Dinding vagina Vera melejat-lejat seakan memijit batang penisku dalam
kenikmatan birahi yang sedang direguknya. 
“Oh.. Saya sudah sekali Mas”, katanya sambil menarik nafas. “Mas mau
puas dulu atau mau lanjut babak kedua?”, tanya Vera. “Terserah Mbak”, kataku.
Aku sih pasrah saja. “Sini, saya emut saja dulu”. “Hmm.. Boleh juga, Lia belum
pernah oral dengan saya”, aku mencabut penisku dari dalam vagina Vera yang basah
dan menyodorkannya ke Vera.  Wanita itu
menjilati ujung penisku dengan lidahnya seakan membersihkannya dari cairan
vaginanya sendiri, kemudian dengan sangat bernafsu ia memasukkan penisku ke
dalam mulutnya. Bibir seksi Vera terlihat menyedot-nyedot penisku seakan
menyedot spermaku untuk keluar. Ia kemudian mengocok penisku dalam mulutnya
hingga birahiku mencapai puncaknya. 

“Oh.. Saya mau keluar nih, gimana?”, aku bingung apakah aku
harus mengeluarkan spermaku ke dalam mulutnya atau mencabutnya.  Namun Vera hanya mengangguk dan terus
mengocoknya pertanda ia tak keberatan jika aku memuntahkan spermaku ke dalam
mulutnya.  Akhirnya aku mencapai orgasme
dan memuntahkan semua spermaku ke dalam mulut Vera. Wanita itu tanpa
segan-segan menelan seluruh spermaku. Sungguh lihai wanita ini memuaskan birahi
laki-laki!  Kami duduk sebentar dan minum
air dingin, kemudian Vera mengangkangkan kakinya kembali.  “Nah.. Sekarang babak kedua Mas, kalau mau
jilat dulu silahkan, tapi utamakan yang ini ya”, Vera menunjuk ke arah
klitorisnya yang agak besar. “Oke Mbak, saya juga sudah biasa kok”,
seruku.  Sejurus kemudian aku sudah
berada di hadapan bibir kemaluan Vera yang baru saja aku nikmati. Sebelum
kujilat terlebih dahulu kubelai bibir itu dari ujung bawah hingga klitoris. Kusingkap
rambut-rambut kemaluannya yang menjalari bibir itu.  “Sudah gondrong nih Mbak”, seruku. “Oh iya,
habis mau dicukur percuma juga, enggak ada yang lihat dan jilat”, jawabnya
nakal, “Besok pagi saya cukur deh, tapi janji malamnya Mas Aldi datang lagi
ya..”. “Oke.. Pokoknya setiap ada kesempatan saya siap menemani Mbak
Vera”.  Aku kemudian asyik menjilati dan
menciumi labium mayora dan minora Vera. Cairan vagina Vera sudah mulai mengalir
kembali pertanda ia sudah terangsang kembali. Desahan Vera juga memperkuat
tanda bahwa Vera menikmati permainan oralku. 
Dengan nakal aku memasukkan jari telunjuk dan tengahku ke dalam
vaginanya dan kemudian mengobok-obok liang becek itu. 

“Yes.. Asyik banget.. Say sudah siap babak kedua Mas”, seru
Vera.  Aku sendiri sudah terangsang sejak
melihat keindahan selangkangan Vera, jadi penisku sudah siap menunaikan tugas
keduanya. Vera menungging di atas sofa. 
“Sekarang doggy-style ya Mas..” 
Aku sih iya saja, maklum.. Sama enaknya..  Sejurus kemudian kami sudah terlibat permainan
babak kedua yang tak kalah seru dan panas dengan babak pertama, hanya kali ini
aku memuntahkan sperma di dalam vaginanya. 
Malam masih begitu panjang. Kami masih menikmati dua permainan lagi
sebelum kelelahan dan mengantuk. Vera begitu bahagia, dan aku sendiri merasa
puas dan lega. Mimpiku untuk menikmati tubuh montok tetangga hot ku terlaksana
sudah. Bahkan kini setiap waktu jika Lia dinas ke luar kota maka Vera secara
resmi menggantikan posisi Lia sebagai isteriku. 
Asyik juga. Namun sebagai imbalannya aku mencarikan dan menggaji
pembantu rumah tangga di rumah Vera. Betapa bahagianya Vera dengan bantuanku
itu, ia semakin sayang padaku dan berjanji akan melayaniku jauh lebih memuaskan
dibanding pelayanan kepada suaminya. 

Dari kejadian tersebut aku semakin menyadari kebenaran pepatah: “Rumput tetangga memang selalu terlihat lebih hijau”, atau bisa diganti dengan: “Vagina isteri tetangga selalu terasa lebih nikmat.  Demikianlah cerita bokep seks SEDARAH BIBI KANDUNG KU PEMUAS SAHWAT KU dan TERNYATA MEKI TETANGGA KU LEBIH NIKMAT oleh cerita sex hot.

Sumber Bacaan Lainya

https://rhinoobject.com/
snexian.co.id
Tempat Nongkrong dan Hiburan

NGENTOT DENGAN PIJAT PLUS PLUS YANG SERBA GUNA dan DENGAN SI KAKAK YG CANTIK
NGENTOT DI RUMAH ORANG TUA dan GAIRAH SEX WANITA BERJILBAB

Your email address will not be published. Required fields are marked *